
Bekerjalah bagai kamu hidup kekal selamanya, dan beribadatlah bagai kamu akan mati esok hari.
Tidaklah saya dapat pastikan bahawa ungkapan ini hadith Nabi saw ataupun pepatah Arab. Ketepikan dahulu sumber asalnya ungkapan ini, lihatlah dahulu apa yang ingin disampaikan melaluinya.
Dalam era materialistik ini, pastinya ramai yang bersetuju dengan awal ungkapan di atas dan agak teragak-agak untuk menyelami dan menyulami maksud yang di akhirnya.
Bekerjalah bagai hidup kekal abadi, mencari harta siang malam tanpa sedikit berasa jemu. Itulah ragam manusia dewasa ini. Terkadang orang jadi begini sebab sememangnya sejak kecil tenggelam dengan kemewahan wang dan harta. Ada juga yang berasal daripada keluarga makan hanya apa yang dikaisnya ketika itu tetiba dikurniakan Allah akan harta yang melimpah ruah. Juga mereka yang sederhana yang terikut-ikut dengan arus kealpaan manusia yang gilakan harta.
Bagaimana pula jika disuruh beribadat mengabdikan diri kepada Sang Maharaja yang menciptakan makhluk dengan kekuasaan-Nya seperti esok akan datangnya si pencabut nyawa yang bakal meleraikan roh dari jasad? Adakah si kaya yang lemas dalam hartanya, si miskin yang diberi peluang merasai lazatnya kemewahan sementara, dan mereka yang terikut sama terkinja-kinja dengan mereka yang hanyut dengan duniawi mampu menyempurnakan maksud yang kedua ini? Jawapan saya: belum tentu.
Saya hidup di sekeliling orang-orang yang lemas, lemas dihanyut kebanjiran harta yang dicarinya. Ada antaranya yang lemas terus tidak dapat diselamatkan. Ada juga yang bersabung nyawa, disangkaan lemas sebenarnya masih bernyawa. Dan yang paling bertuah, mereka yang terdampar di pesisiran keredhaan Tuhan dan berteduh di bawah naungan pohon rahmat-Nya.


Kautlah seberapa banyak harta yang kita suka, kuasailah seberapa banyak lubuk emas yang bertaburan merata, selamlah lautan yang luas untuk mutiaranya yang berharga. Cuma jangan kita lupa, jadikan kekayaan tersebut sebagai satu bentuk pengibadatan terhadap Tuhan berterusan macam sat lagi akan mati.
Bukan salah bekerja mencari kekayaan, tetapi pengalaman saya sendirilah, selalunya kekayaan ini akan memukau kita. Dengan kekayaanlah, tangan kita bingkas membuat kerosakan, menyogok sana, di sini pula disuap. Dengan kekayaanlah, kaki kita bisa memijak hak saudara sendiri. Dengan kekayaan jugalah, kita bisa menikam dengan lidah yang tajam dan berbisa, dengan tikaman penuh megah dan riak, tidak terlepas juga rasa meninggi diri yang bukan sekadar secukup rasa bahkan sengaja dilebih-lebihkan. Kekayaan jugalah yang bisa menongkat muka supaya jangan memandang orang di bawah yang penuh dengan kehinaan sedangkan dirinya diselaputi 'kemuliaan yang ternoda'.
Itu yang lupa diri, mudah untuk dikesan.

Seksyen 3, Bandar Bukit Mahkota, Bangi
No comments:
Post a Comment